lt;script data-ad-client="ca-pub-8488281881136149" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">Islam itu indah: Hakikat Akhlaq Yang Baik Dan Yang Buruk

Sabtu, 17 Desember 2011

Hakikat Akhlaq Yang Baik Dan Yang Buruk

Banyak orang telah mencoba berbicara tentang apa hakikatnya akhlaq yang baik itu?! Namun sebenarnya mereka belum sampai kepada hakikatnya. Mereka hanya berbicara tentang buahnya. Itupun belum mencakup semua buahnya. Sebab, setiap orang dari mereka hanya menyebutkan tentang salah satu di antara buah-buahnya. Yaitu yang terlintas dalam pikirannya, atau kebetulan hadir dalam ingatannya. Mereka tidak berupaya sungguh-sungguh untuk menyebutkan batasannya, serta hakikatnya yang meliputi semua buahnya, secara rinci dan menyeluruh.



Misalnya, seperti di nyatakan oleh Al-Hasan: "Akhlaq yang baik adalah menghadapi manusia dengan wajah cerah, memberi bantuan setiap kali diperlukan, serta menjaga diri sendiri dari pada mengganggu orang lain."

Menurut Al-Washithiy: "Akhlaq yang baik, adalah keadaan seseorang yang tidak mau berkata ataupun di ajak bertengkar oleh siapapun, di sebabkan ma'rifat-nya yang mendalam berkaitan dengan Allah SWT."

Syah Al-Karmaniy berkata: "Akhlaq yang baik adalah mencegah diri sendiri daripada mengganggu orang lain, serta bersabar dalam melaksanakan kewajiban, betapapun beratnya."

Sebagian orang berkata: "Seseorang dapat di sebut sebagai berakhlaq baik apabila ia berada dengan manusia namun ia sendiri bagaikan seorang asing di antara meraka."

Al-Washithy juga pernah berkata: "Berakhlaq baik adalah dengan membuat orang lain merasa puas, baik di kala sedang kesusahan maupun kesenangan."

Menurut Abu Utsman: "Berakhlaq baik adalah senantiasa merasa ridla (puas dan pasrah sepenuhnya) kepada Allah SWT."

Sahl At-tusturiy pernah di tanya tentang akhlaq yang baik, lalu ia menjawab: "Sedikitnya, seorang yang berakhlaq baik akan selalu tabah menghadapi kesulitan, tidak mengharapkan balasan atas apa yang di lakukannya, mengasihani orang yang melakukan kedzaliman terhadapnya, dan memohonkan ampunan baginya serta mengasihinnya."

Di lain kesempatan, ia juga menyatakan bahwa seorang yang baik akhlaqnya tidak sekali-kali akan meragukan Allah SWT mengenai rizqi yang Ia berikan kepadanya. Bahkan ia percaya sepenuhnya kepada Allah SWT, dan senantiasa memenuhi kewajibannya berkenaan dengan rizqi yang telah di jaminkan Allah baginya. Kemudian ia akan selalu taat kepada-Nya dan takkan membangkang terhadap-Nya mengenai apa saja yang berkaitan antara ia dan Allah SWT, dan antar dia dan orang-orang sekitarnya.

Ali r.a. pernah berkata: "Akhlaq yang baik terkandung dalam tiga hal: menjahui segala yang di haramkan, mencari yang halal dan menyenangkan anggota keluarga."

Husein bin Manshur berkata: "Akhlaq yang baik ialah apabila engkau takkan terpengaruh oleh ketidak ramahan manusia kepadamu, setelah engkau berhasil mendekat ke arah Dia Yang Maha benar."

Abu Sa'id Al-Kharraz pernah berkata: "Akhlaq yang baik ialah apabila engkau tak lagi mempedulikan sesuatu kecuali Allah SWT."

Contoh-contoh seperti itu amat banyak. Namun semua itu hanya ungkapan tentang 'buah-buah akhlaq yang baik', dan bukannya tentang hakikat atau 'esensi akhlaq baik' itu sendiri. Di samping itu, ia tidak pula meliputi semua buahnya. Karenanya, upaya penyikapan tentang hakikat itu lebih utama daripada penyajian ucapan-ucapan manusia yang bermacam-macam.

( Sumber Rujukan: Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-qulub, karya Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar